Hiasilah diri dengan adab dan akhlak mulia
Islam meninggikan dan mengutamakan orang-orang yang mau menghiasi diri mereka dengan akhlak yang mulia. Dalam sebuah hadits,Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Sebaik-baik kalian adalah yang paling mulia akhlaknya” (HR Bukhari dan Muslim)
Dan beliau juga bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat tempattinggalnyadenganku pada hari kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya” (HR. Tirmidzi, shahih)
Dengan adab dan akhlak mulia pulalah kelak pada hari kiamat timbangan kebaikan seseorang bisa lebih berat daripada timbangan kejelekannya sebagaimana sabda Nabi, “Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang mulia” (HR. Tirmidzi,shahih)
Sumber adab dan akhlak mulia
Jikalah seseorang mau mempelajari bagaimana adab dan akhlak yang melekat pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tentu itu lebih dari cukup baginya. Tidaklah perlu lagi seseorang mempelajari berbagai ilmu etika yang bersumber dari negara barat atau kebudayaan mana pun. Segala adab dan akhlak yang mulia tersebut sudah beliau contohkan dan praktikkan dalam kehidupan beliau. Sebagaimana Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab: 21). Dan firman-Nya (yang artinya), “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. Al Qalam: 4)
Bahkan mencontohkan dan mempraktikkan adab dan akhlak mulia adalah salah satu tugas utama yang beliau emban sebagai seorang rasul, sebagaimana beliau bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia” (HR Bukhari dalam Al Adabul Mufrad)
Dengan demikian, jika seseorang ingin mempelajari adab dan akhlak mulia maka tiada lain sumbernya adalah Al Qur’an dan hadits-hadits Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kepada Siapa dan Dimana Harus Beradab dan Berakhlak Mulia?
Jika ditinjau dari objeknya, adab dan akhlak mulia di dalam Islam bisa ditemui dilima objek:
- Adab kepada Allah, yaitu adab bagaimana seseorang berinteraksi dengan Allah dan syariat-Nya, semisal dalam beribadah, berdoa, bertawakkal, berprasangka, bersyukur, dan takut kepada Allah.
- Adab kepada Al Qur’an, yaitu adab bagaimana seseorang berinteraksi dengan Al Qur’an, semisal bagaimana adab membacanya, menghafalnya, menjaganya, dan mengamalkannya.
- Adab kepada Rasulullah, yakni bagaimana adab seseorang berinteraksi dengan Rasulullah dan ajarannya, semisal bagaimana mencintai, mentaati, dan memuliakan beliau.
- Adab kepada diri sendiri, semisal bagaimana seseorang mensucikan dirinya, baik secara zohir dan secara batin.
- Adan kepada makhluk Allah, semisal kepada orang tua, guru, karib kerabat, tetangga, dan masyarakat secara umum. Termasuk juga bagaimana berinteraksi dengan binatang dan tumbuhan.
Atau jika ditinjau dari dari keadaannya, adab dan akhlak mulia yang diatur oleh Islam juga bisa ditemukan ketika makan, minum, berkendara, berbicara, tidur, mandi, menuntut ilmu, berpakaian, dan seterusnya, yang tak satu pun keadaan di dalam kehidupan keseharian ini kecuali telah diatur bagaimana adab dan akhlaknya.
Beradab dan berakhlak mulia dalam bermasyarakat
Dengan penjelasan demikian, maka bisa diketahui bahwa dalam setiap detil kehidupan ini, Islam telah mengatur bagaimana seseorang harus beradab dan berakhlak mulia padanya. Diantara adab yang semakin lama semakin penting untuk dipelajari dan diamalkan adalah adab dan akhlak di dalam bermasyarakat. Hal tersebut dikarenakan manusia adalah makhluk sosial yang satu sama lain saling berinteraksi dengan interaksi yang semakin lama semakin kompleks. Agar di dalam interaksi sosial tersebut tidak tercipta adanya gesekan-gesekan yang bisa berujung pada problematika sosial, seperti kekerasan, kerusuhan, kesenjangan, dan lain-lain, maka penting bagi seseorang untuk mengetahui adab dan akhlak yang diajarkan oleh Islam di dalam bermasyarakat.Berikut di antara sedikit contoh bagaimana beradab dan berakhlak mulia di dalam bermasyarakat berserta ayat dan hadits yang memerintahkannya:
[1[ Cintailahsaudaramu sebagaimana mencintai diri sendiri
“Tidak beriman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim).
[2] Muliakan tamu dan tetanggamu
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya” (HR. Bukhari dan Muslim)
[3] Berbuat baiklah kepada temanmu
“Sebaik-baik teman di sisi Allah Ta’ala adalah yang paling berbuat baik kepada temannya” (HR. Tirmidzi, shahih)
[4] Tolonglah saudaramu yang kesulitan
“Barang siapa yang membantu seorang muslim dan menghilangkan kesulitan yang ada pada dirinya dari kesuliatan-kesulitan dunia, maka Allah akan hilangkan baginya kesuliatan dari kesulitan-kesulitan di hari kiamat kelak” (HR. Muslim)
[5] Balaslah kejelekan orang lain dengan kebaikan
“Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah” (QS. Asy Syura : 40)
[6] Berterimakasihlah atas kebaikan orang lain
“Tidaklah bersyukur kepada Allah seseorang yang tidak berterima kasih kepada manusia” (HR. Bukharidalam Al AdabulMufrad)
[7] Tebarkanlah salam
“Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian” (HR.Tirmidzi, shahih)
[8] Hormati yang tua, sayangi yang muda
“Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak menghormati yang lebih tua, dan tidak menyayangi yang lebih muda…” (HR. Ahmad, hasan)
[9] Amankan tangan dan lisanmu
“Seorang muslim yang baik adalah yang membuat kaum muslimin yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya” (HR. Bukhari)
Penutup
Demikian sedikit pembahasan mengenai adab dan akhlak mulia di dalam Islam. Sepatutnya kita pula bermohon kepada Allah agar senantiasa diberikan akhlak yang mulia dengan doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Allāhumma kamaa hassanta khalqi, fahassin khuluuqi(Ya Allah, sebagaimana Engkau telah membaguskan tubuhku, maka baguskanlah akhlakku)” (HR. Ahmad, shahih)
Penulis : Muhammad Rezki Hr, S.T. // Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta
Muroja’ah : UstadzArisMunandar, M.PI
Ziyadah : ILMU DUNIA DAN ILMU AGAMA
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat…” (QS. Al Mujadalah : 11)
Dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala memuliakan dua golongan manusia dengan mengangkat derajat mereka dengan beberapa derajat, yaitu orang yang beriman dan orang yang diberi ilmu. Orang yang beriman sudah jelas dengan imannya dia memang pantas untuk mendapatkan kemuliaan dari Allah, namun yang menjadi pertanyaan adalah siapakah yang dimaksud oleh Allah sebagai orang yang diberi ilmu? Dan apakah ilmu itu adalah ilmu agama (syar’i) atau ilmu dunia?
Ilmu syar’i adalah ilmu yang sesungguhnya
Syaikh’Utsaimin mengatakan, “Adapun ilmu yang kita maksud adalah ilmu syar’i, -yaitu- ilmu yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya berupa keterangan dan petunjuk. Maka ilmu yang di dalamnya terkandung pujian dan sanjungan adalah ilmu wahyu, yaitu ilmu yang diturunkan oleh Allah saja. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akan menjadikannya faham tentang agamanya” (HR. Bukhari). (LihatKitabul ‘Ilmi)
Bagaimana dengan ilmu dunia?
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu (yaitu orang-orang kafir Mekah)dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya (semisal orang munafik, yahudi) sedang Allah mengetahuinya”. (QS : Al Anfal:60).
Syaikh As Si’dirahimahullah mengatakan, ”Yang dimaksud dengan “kekuatan apa saja yang kamu sanggupi” adalah semua hal yang kalian mampu baik itu berupa kekuatan yang bersifat akal pikiran (non fisik), fisik serta persenjataan dan lain sebagainya berupa hal-hal yang dapat membantu untuk memerangi mereka. Maka termasuk dalam hal tersebut bidang perindustrian peralatan perang berupa artileri, senapan mesin, peluru, pesawat, armada darat dan laut, benteng pertahanan, pesawat perang. Demikian juga strategi yang membuat kaum muslimin terdepan dan mampu mencegah keburukan yang diberikan lawan-lawan mereka, mempelajari cara-cara menembak, meningkatkan keberanian dan semangat dan perencanaan”. (Taisir Karimir Rohman, hal 302)
Kesimpulan
Dapat kita simpulkan Ilmu yang Allah ‘Azza wa Jalla puji dalam Al Qur’an dan melalui lisan Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam adalah ilmu agama. Namun demikian tidak dapat kita pungkiri bahwa ilmu yang lain pun mengandung manfaat, dengan memperhatikan dua batasan. Jika ilmu itu bisa membantu dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah dan membela agama-Nya serta bermanfaat bagi manusia, maka ilmu itu merupakan ilmu yang baik dan bermanfaat. Intinya ilmu selain ilmu agama (yakni ilmu dunia) yang bisa menjadi sarana kebaikan ataupun sarana kejelekan, maka hukumnya sesuai dengan pemanfaatannya. Wallahul muwaffiq.
Penulis : HasimIkhwanudin// SantriMa’had Al ‘Ilmi Yogyakarta